Wednesday, 22 October 2014

Laporan Praktikum Tilik Ternak Sapi



I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan tentang umur pada suatu peternakan sapi mempunyai arti penting, karena berhubungan dengan biaya dan waktu hewan tersebut masih bisa dipelihara. Penafsiran umur ini dapat dilihat menggunakan metode pengamatan pada pergantian dan keterasahan gigi seri, wawancara dengan pemillik ternak, recording, mengamati saat jatuhnya tali pusar, dan munculnya cincin tanduk serta melihat pertumbuhan bulu dan tingkah lakunya.
Penampilan ternak saat hidup mencerminkan produksi dan kualitas karkasnya. Ketepatan penaksir dalam menaksir nilai ternak tergantung pada pengetahuan penaksir dan kemampuan menterjemahkan keadaan dari ternak itu. Keadaan ternak yang perlu mendapat perhatian pada saat menaksir pro-duktivitas ternak adalah umur dan berat, pengaruh kelamin, perdagingan, derajat kegemukan dan persentase karkas.
Pada dasarnya penilaian ternak dilaksanakan berdasarkan atas apa yang terlihat dari segi penampilannya saja dan kadang-kadang terdapat hal-hal yang oleh peternak dianggap sangat penting, akan tetapi ahli genetika berpendapat bahwa hal tersebut sebenarnya tidak ada pengaruhnya terhadap potensi perkembangbiakan atau produksi. Oleh karena itu, dalam penentuan seleksi ternak sebaiknya kedua cara penilaian digunakan. Jadi selalu ternak ternak tersebut mempunyai kedudukan urut atau rangking tertinggi berdasarkan nilai rekor performanya, juga baik dalam memenuhi persyaratan secara fisik.
Untuk menilai ternak diantaranya  harus mengenal  bagian-bagian dari tubuh sapi serta konformasi tubuh yang ideal. Ternak yang dinilai harus sehat dan baik sesuai dengan jenis bangsanya,  bagus ukuran tubuhnya, seluruh bagian tubuh harus berpadu dengan rata, harus feminin dan tidak kasar. Dengan demikian, maka kita dapat menentukan perbandingan antara kondisi sapi yang ideal dengan kondisi sapi yang akan kita nilai. Bagian-bagian tubuh sapi yang mendekati kondisi ideal dapat menunjang produksi  yang akan dihasilkannya
Yang paling tepat adalah dengan meilhat catatan kelahiran, tetapi hal itu sulit dilakukan dalam praktek, lebih-lebih terhadap ternak rakyat, hanya untuk sapi-sapi perah perusahaan dan babi sebagian besar ada catatan kelahiran itu. Dengan melihat pertumbuhan tanduk lebih sukar dilakukan dan sulit untuk percaya hasilnya, yang paling umum digunakan sebagai alat untuk menentukan umur pada kuda, sapi, kerbau dan domba atau kambing adalah keadaan dan pertumbuhan gigi, karena pertumbuhan, pergantian dan pergeseran dari gigi terjadi pada umur-umur tertentu dan tiap jenis ternak agak serupa sehingga mudah diikuti dan hampir dapat dipercaya kebenarannya.. Menaksir umur sapi tujuannnya yaitu untuk penentuan bibit, pemeliharaan, preventif dan menghindari pemalsuan pada proses jual beli ternak dipasaran.
Penafsiran berat badan sangat penting dilakukan oleh para pemilik ternak untuk mengetahui bobot tubuh ternak. Jumlah zat makanan yang dibutuhkan untuk hidup pokok sapi didasarkan pada bobot badan. Bobot badan sapi maupun ternak lainnya akan dapat diketahui dengan tepat, apabila sapi itu ditimbang dengan menggunakan timbangan sapi. Namun, harganya cukup mahal sehingga besar kemungkinan tidak terdapat dipeternak. Oleh karena itu, diperlukan alat pengukur selain timbangan tersebut, meskipun hasilnya tidak setepat timbangan sapi. Alat yang biasa digunakan adalah tongkat ukur dan pita ukur dengan melakukan pengukuran dan perhitungan untuk menduga bobot badan sapi. Oleh karena itu praktikum ini perlu dilakukan untuk dapat mengetahui hal – hal yang dijelaskan diatas.

B. Tujuan
Tujuan praktikum tilik ternak kali ini adalah untuk mengetahui bobot badan ternak sapi berdasarkan pengukuran bagian tubuh sapi.

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tilik Ternak
Menurut Supiyono (1995), eksterior atau tilik ternak adalah suatu ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk tubuh dari luar untuk menentukan atau meramalkan prestasi dari suatu ternak. Sesuai tujuan pemeliharaan sekaligus untuk menilai tingkat pemurnian bangsa ternak dan merupakan alat bantu pelaksanaan program seleksi ternak dalam rangka perbaikan mutu genetik kelompok ternak.
Untuk melakukan penilaian terhadap hasil karkas, perlu dipelajari dan diketahui terlebih dahulu tentang pembagian karkas Sapi. Sebab dengan mengetahui pembagian karkas tersebut, para peternak ataupun tukang potong akan mampu melakukan penilaian dengan betul.
Untuk menentukan bakalan yang akan dipilih dalam usaha penggemukan, dapat ditentukan berdasarkan penampilan sapi dengan melakukan penilaian/scoring. Dimana  dengan skor tubuh (1) terlihat tidak adanya lemak pada pangkal ekor dan iga pendek, sapi dengan penampilan seperti itu dapat dikatakan terlalu kurus, bermutu rendah dan mungin sebelumnya pernah sakit. Sapi dengan iga pendek terlihat dan terasa sudah agak tumpul, pada pangkal ekor terhadap sedikit lemak mendapatkan skor tubuh (2), dengan mutu yang cukup. Sapi dengan skor tubuh (3), iga pendek sulit untuk dirasakan, pangkal ekor mulai gemuk, dan kantong pelir sudah mulai terisi. Sapi dengan skor tubuh (4), telah mencapai tingkat gemuk sehingga penambahan berat badan selanjutnya akan menjadi mahal dan tidak menguntungkan (Nguntoronadi, 2010).
Penilaian ini untuk menentukan tingkat dan kualitas akhir melalui perabaan yang dirasakan melalui ketipisan, kerapatan, serta perlemakannya. Bagian-bagian daerah perabaan pada penilaian (judging) ternak sapi meliputi ; bagian rusuk, bagian Tranversusprocessuspada tulang belakang, bagian pangkal ekor, bagian bidang bahu. Penilaian tersebut dilakukan pada setiap individu ternak sapi yang akan dipilih dengan cara mengisihkan skor yang sesuai dengan penilaian melalui pengamatan, pandangan dan perabaan. Dalam hal ini penilaian harus dilakukan sesubjektif mungkin. Untuk menunjang hasil yang lebih akurat, penilaian tersebut lazimnya dilengkapi lagi dengan pengukuran bagian-bagian tubuh yaitu tinggi pundak/ gumba, panjang badan, lingkar dada dan dalam dada (Todingan, 2010).

B. Pendugaan Bobot Badan
Penafsiran berat badan sangat penting dilakukan oleh para pemilik ternak untuk mengetahui bobot tubuh ternak. Cara ini merupakan cara lain untuk mengetahui berat badan ternak selain penimbangan berat badan. Apabila setiap kali harus selalu dilakukan penimbangan, hal ini dirasa kurang praktis di samping timbangan itu jumlahnya terbatas.( Hasnudi. 1997)
Rumus penentuan berat badan sapi berdasar ukuran tubuh bertolak dari anggapan bahwa tubuh ternak sapi berupa tong. Oleh karena itu, ukuran tubuh yang digunakan untuk menduga bobot tubuh biasanya adalah panjang badan dan lingkar dada. Menurut Gafar (2007), rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan adalah Rumus yang telah dikenal adalah rumus Schoorl yang mengemukakan  pendugaan bobot ternak sapi berdasarkan lingkar dada sebagai berikut :
Bobot badan (kg) =   (lingkar dada (cm) + 22)2
                                                   100
Rumus lain diturunkan oleh Scheiffer yang telah menggunakan lingkar dada dan panjang badan dalam pendugaannya. Rumus itu sebagai berikut :Bobot badan (lbs) =  Lingkar dada (inchi)2 x Panjang badan (inchi)
Selain itu penafsiran berat badan dapat pula dilakukan dengan pengamatan visual yaitu memperkirakan berat badan ternak yang diamati. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan DWT (Daily  Cow Weighting Tape) yaitu dengan melingkarkan DWT pada sternum 3-4 dan angka yang ditunjuk pada pita ukur itu menunjukkan berat badan ternak. Cara penafsiran yang merupakan cara untuk mengetahui berat badan ternak adalah penimbangan. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan ternak / neraca. Besar atau kecil, stationer atau portabel, timbangan merupakan bagian yang sangat diperlukan dalam tehnik-tehnik pengukuran. (Hasnudi. 1997)
Metode visual adalah suatu metode yang digunakan untuk menafsir berat badan dengan melihat, mengamati keadaan sapi dengan baik, kemudian kita menafsir berat sapi tersebut. Metode ini perlu kejelian dan latihan yang banyak supaya taksirannya hampIr mendekati benar. Dan juga metode ini banyak dipakai oleh para pedagang hewan (Hasnudi. 1997).

C. Pengukuran Tubuh Sapi Bali
Menurut Djagra, I.B :  2009, Pengukuran ukuran tubuh ternak sapi dipergunakan untuk menduga bobot badan seekor ternak sapi dan sering kali di pakai juga sebagai parameter teknis penentuan sapi bibit dan menentukan umur sapi tersebut.
Berdasarkan ketentuan kontes dan pameran ternak nasional, yang termasuk dalam “statistik vital” pada ternak sapi meliputi ukuran tinggi gumba, panjang badan, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, lebar punggung, lebar pinggul, panjang pinggul, panjang kepala, lebar kepala, berat badan, dan umur.
Ukuran “statistik vital” dari organ tertentu jika dikaitkan dengan umur akan menggambarkan keharmonisan perkembangan tubuh dan produktivitas (pertumbuhan). Karena itu, pertumbuhan organ-organ tertentu berkorelasi dengan berat badan.  Pengukuran dimensi dimaksudkan pelaksanaan dengan mengukur dimensi tubuh luar ternak atau ukuran statistic. Menurut Djagra,  2009 adalah sebagai berikut :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1nvQ9HQT1iYRlQs-J-IPZDS1SNIi4kIJlliwD9x7M6prNJXFjNAWpfzVFAQeLoABst2aS3kZE8urLRfvUTkxZr9VAX_HzQELECQzBKljISovM5Lh33cT1k8Kbl66IHTtnCQLVTVZsKccH/s320/Urtrd.jpg






Ket.: Pengukuran Panjang Badan
1. Ukuran Tinggi :
a. Tinggi Pundak, tinggi gumba ialah jarak tegak lurus dari titik tertinggi pundak sampai ketanah atau lantai, alat yang digunakan adalah tongkat ukur.
b. Tinggi punggung ialah jarak tegak lurus dari taju duri ruas tulang punggung atau processus spinosus vertebrae thoracaleyang terakhir sampai ke tanah . Titik ini mudah didapat dengan menarik garis tegak lurus tepat diatas pangkal tulang rusuk terakhir.
c.Tinggi pinggang  ialahjarak tegak lurus dari titik antara tulang lumbar vertebrae 3-4, tepat melalui legok lapar sampai ke tanah ( lantai ).
d. Tinggi pinggul ialah jarak tegak lurus dari titik tertinggi pada os sacrum pertama sampai ke tanah.
e. Tinggi kemudi, jarak tegak lurus dari os sacrum ( sacrale ), tepat melalui tengah- tengah tulang ilium sampai ke tanah.
f.  Tinggi pangkal ekor ialah jarak tegak lurus dari titik pangkal ekor, sampai ke tanah.
Alat yang dipakai untuk mengukur tinggi bagian- bagian tubuh diatas adalah tongkat ukur.

2. Ukuran Panjang :
a. Panjang kepala jarak dari puncak kepala sampai ujung moncong.
b. Panjang badan ; diukur secara lurus dengan tongkat ukur dari siku ( humerus ) sampai benjolan tulang tapis ( tuber ischii ).
c. Panjang menyilang badan, jarak yang diukur antara  tulang benjolan bahu sampai tulang duduk disisi lainnya. Diukur dengan memakai pita ukur.
d. Panjang kemudi; panjang kelangkang; panjang pelvis, jarak antara tuber coxae dan tuber ischii pada sisi sama.
e. Panjang telinga, jarak antara ujung telinga sampai pangkal telinga bagian dalam. Dapat diukur dengan penggaris atau pita ukur.
f. Panjnag tanduk, diukur dengan pita ukur. Jarak antara ujung tanduk sampai kedasar tanduk.
Selain yang telah disebutkan alat- alatnya, dapat juga digunakan tongkat ukur, jangka sorong atau caliper
.
3. Ukuran Lebar :
a. Lebar dada, jarak terbesar pada yang diukur tepat dibelakang antara kedua benjolan siku luar, yaitu tepat pada tempat mengukur lingkar dada.
b. Lebar pinggang, jarak diukur antara taju horizontal yaitu pada tulang lumbale 3-4.
c. Lebar pinggul, jarak antara tuber coxae pada sisi kiri dan kanan.
d. Lebar kemudi, jarak terlebar antara sisi luar kiri dan kanan tulnag pelbis atau os illium melalui os sacrum 3-4.
e. Lebar pantat, lebar tulang tapis atau lebar tulang duduk, jarak antara kedua benjolan tuber ischii kiri dan kanan.
f. Lebar kepala, jarak terbesar antara kedua lengkungan tulang mata sebelah atas luar kiri dan kanan

4. Ukuran Dalam :
Dalam dada. Jarak titik tertinggi pundak ( gumba ) sampai tulang dada dan diukur melalui serta merta dibelakang siku.

5. Ukuran Lingkar :
a. Lingkar dada. Lingkaran yang diukur pada dada serta merta atau persis dibelakang siku, tegak lurus dengan sumbu tubuh.
b. Lingkar perut . lingkaran yang diukur di daerah perut.yang memliki lingkaran besar, melalui serta merta di belakang tulang rusuk terakhir dan tegak lurus dengan sumbu tubuh.
c. Lingkar flank. Lingkaran yang diukur di daerah flank, melalui tuber coxae serta merta depan ambing atau skrotum.
d. Lingkar pantat, lingkar  round. Lingkaran yang diukur pada pantat, dari tulang patella kiri sampai tulang patella kanan, kearah belakang serta membentuk penampang sejajar dengan lantai.
e. Lingkar tulang pipa. Lingkaran yang diukur ditengah- tengah tulang pipa, yaitu pada bagian yang terkecil dan terbulat.
f. Lingkar skrotum. Lingkaran yang diukur pada bagian terbesar skrotum; terlebih dulu skrotum telah ditarik kearah bawah sehingga terdapat kedua testesnya.
g.  Lingkar tubuh.
h. Lingkar mulut, lingkar moncong. Lingkaran yang diukur tepat pada akhir sudut bibir, ialah pada batas antara kepala dan moncong.


D. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ternak.
Tumbuh - kembang dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan, jenis kelamin, hormon, lingkungan dan manajemen. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan  sebelum lepas sapih adalah genotipe, bobot lahir, produksi susu induk, jumlah anak perkelahiran, umur induk, jenis kelamin anak dan umur sapih .
Laju pertumbuhan setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia . Potensi pertumbuhan dalam periode ini dipengaruhi oleh faktor bangsa, heterosis (hybrid vigour) dan jenis kelamin. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen (pengelolaan) yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang  tersedia, kesehatan dan iklim (Santosa. 2008).
·         Pakan.
Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.
·         Faktor Genetik.
Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.
·         Jenis Kelamin dan Umur.
Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar dari pada ternak betina.  
·         Manajemen.
Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat.
·         Lingkungan
Lingkungan suhu dan udara yang tidak sesuai dengan kondisi sapi akan mengakibatkan sapi menjadi stress dan mempengaruhi pertumbuhan sapi.

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 28 november 2013 pulul 15.00 s/d selesai di kandang jurusan peternakan Universitas Sriwijaya.

B. Alat dan Bahan
Alat : - pita ukur
-  Alat tulis
Bahan: - Sapi Bali jantan dan betina

C. Cara Kerja
1) Ukuran Tinggi
Tinggi gumba merupakan ukuran tinggi sapi. Cara pengukuran kita lakukan dari bagian tertinggi gumba ke tanah mengikuti garis tegak lurus. Tinggi hip yang tertinggi ke tanah mengikuti garis tegak lurus diukur pada bagian dekat tukang ekor sapi.
2) Ukuran Lebar Dada
Lebar dada adalah jarak antara sendi bahu kiri dan kanan. Cara pengukuran kita lakukan dengan menarik garis horizontal antara tepi luar sendi bahu kiri dan kanan, atau antara rusuk kiri dan kanan yang diukur di belakang tulang belikat.
4)  Ukuran Panjang
Panjang badan merupakan jarak antara tepi depan sendi bahu dan tepi belakang tulang tapis. Cara pengukuran kita lakukan dengan menarik garis horizontal dari tepi depan sendi bahu sampai ke tepi belakang tulang tapis.
5) Berat badan
Pengukuran berat badan menggunakan rumus Schoort:
Berat Badan (kg) =











IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

SAPI
PARAMETER YANG DIUKUR
Panjang Badan
Tinggi Hip
Tinggi Gumba
Lebar Dada
Dalam Dada
Berat Badan
Jantan
84 cm
113 cm
114 cm
143 cm
71.5 cm
272.25 kg
Betina
70 cm
111 cm
113 cm
130 cm
65 cm
231.04 kg

Rumus Perhitungan Berat Badan:
  • Rumus Schoort : Berat Badan (kg) = (Lingkar dada (cm) + 22)2
B. Pembahasan
Tilik ternak adalah suatu cara untuk mengetahui tingkat prestasi suatu ternak melalui pengamatan morfologi (secara visual) untuk menentukan baik atau tidaknya ternak tersebut. Menurut Menurut Supiyono (1995), eksterior atau tilik ternak adalah suatu ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk tubuh dari luar untuk menentukan atau meramalkan prestasi dari suatu ternak. Sesuai tujuan pemeliharaan sekaligus untuk menilai tingkat pemurnian bangsa ternak dan merupakan alat bantu pelaksanaan program seleksi ternak dalam rangka perbaikan mutu genetik kelompok ternak.
Tilik ternak digunakan salah satunya untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan untuk menentukan pekiraan bobot (berat) badan suatu ternak tersebut. dalam hal ini tilik ternak pada sapi dilakukan dengan cara mengukur bagian – bagian tertentu pada tubuh sapi tersebut.
Dalam pengukuran, disarankan berdiri dengan jarak 2 meter dari sapi yang akan diukur. Selanjutnya, memulai pengukuran dari depan kemudian mengitari sisi sebelah kiri dan kanan mengelilingi seluruh tubuh hewan. Pengukuran ternak sapi yang kami lakukan adalah pada daerah-daerah tertentu saja seperti panjang badan, tinggi hip, tinggi gumba, lebar dada, dan dalam dada. Pada perhitungan selanjutnya dilakukan perhitungan bobot badan sapi dengan menggunakan rumus Schoort.  
Panjang badan pada sapi jantan diukur dari awal kaki depan sapi sampai ke kaki belakang sapi. Pada sapi jantan, memiliki panjang badan 84 cm dan sapi betina 70 cm.   pada pengukuran tinggi gumba di ukur pada bagian tertinggi pada tubuh sapi ini diukur pada bagian depan sapi. Tinggi gumba sapi ini yaitu sapi jantan 114 cm dan betina 113 cm. Tinggi hip yang diukur dari tanah sampai ke titik tertinggi bagian belakang sapi ini yaitu sapi jantan 113 cm dan sapi betina 111 cm. Lebar dada diukur dengan mengelilingi pita ukur poada bagian dada sapi, yaitu sapi jantan 143 cm dan betina 130 cm. hal ini sesuai dengan (Djagra. 2009) bahwa Lingkar dada, Lingkaran yang diukur pada dada serta merta atau persis dibelakang siku, tegak lurus dengan sumbu tubuh. Dalam dada didapat dari perhitingan ½ dari lingkar dada, yaitu sapi jantan 71.5 cm dan sapi betina 65 cm. Sedangkan berat (bobot) badan sapi dikur dengan perhitungan rumus Schoorl dengan memanfaatkan pengukurn lingkar dada, dan didapat bahwa perkiraan bobot badan sapi jantan ini yaitu 272,25 kg dan betina 231,04 kg.  
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa ukuran tubuh sapi jantan berbeda dengan sapi betina. Faktor – faktor yang mempengaruhi bobot badan ternak adalah genetic, lingkungan, jenis kelamin, pakan, manajemen dan lingkungan. Sapi jantan pada keadaan normal akan tumbuh lebih besar daripada sapi betina. Karena dilihat dari berbagai macam aspek seperti genetik, pakan, manajemen dan lingkungan, sapi bali ini mendapatkan perlakuan yang sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa factor yang mempengaruhi perbedaan ukuran tubuh sapi ini adalah faktor jenis kelamin. Hal ini sama seperti yang duingkapkan (Santosa: 2008)  bahwa Ternak jantan tumbuh lebih cepat dari pada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar dari pada ternak betina.
           










V. PENUTUP
A. Kesimpulan
            Ilmu tilik ternak adalaha ilmu yang mempelajari tentang bentuk tubuh bagian luar untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ternak. Dengan ilmu tilik ini juga dapat memperkirakan bobot badan sapi. Bagian tubuh sapi yang diukur yaitu panjang badan, tinggi gumba, tinggi hip, tinggi gumba, lebar dada dan dalam dada. Untuk memperkirakan bobot badan sapi, menggunakan rumus Schoorl dengan memanfaatkan data lebar dada. Data yang didapatkan yaitu sapi jantan: panjang badan 84 cm, tinggi hip 113 cm, tinggi gumba 114 cm, lebar dada 143 cm , dalam dada 71,5 cm dan bonot (berat) badan 272,25 kg. Sedangkan sapi betina, panjang badan 70 cm, tinggi hip 111cm, tinggi gumba 113 cm, lebar dada 130 cm, dalam dada 65 cm dan bobot (berat) badan 231,04 kg.
 Banyak faktor yang mempengaruhi  tumbuh kembang ternak. Faktor – factor tersebut antara lain genetic, pakan, lingkungan, umun dan jenis kelamin serta manajemen pemeliharaan . Perbedaan hasil yang didapat pada sapi jantan dan betina ini lebih disebabkan factor jenis kelamin ternak tersebut karena kedua ternak sapi ini bergenetik sama, hidup dilingkungan dan manajemen pemeliharaan dan pakan yang sama, yang berbeda hanya jenis kelaminnya saja.

B. Saran
            Diharapkan praktikum dalam pendugaan / memperkirakan bobot badan ternak menggunakan pita ukur dan rumus Schoorl ini perlu diteliti lebih lanjut dalam ketepatannya menduga bobot badan ternak. Serta diharapkan para praktikan melakukan pengukuran sendiri – sendiri sehingga semua prkatikan bisa mengerti materi pengukuran bagian tubuh ternak ini.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2010.  Tilik Ternakhttp://dodee88.wordpress.com/2008/10/14/tilik-ternak/.
Anonimous. 2010. Penilaian Eksterior Tubuh. http://webcache.googleusercontent. wordpress.com/2008/01/10/penilaian-eksterior-tubuh ternak/TILIK+TERNAK& &gl=id.
Djagra, I.B. 2009. Diktat Ilmu Tilik Sapi Potong. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar.
Hasnudi. 1997. Pengelolaan Ternak Sapi Pedaging. Medan: FP-USU.
Herren.2012. Identifikasi Sifat-sifat Kualitatif dan Ukuran-Ukuran Tubuh pada Ayam Sentul Umur Dewasa. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Pajajaran
Kartasudjana Ruhyat. 2001. Teknik Produksi Ternak Ruminansia. Jakarta: Modul Program Keahlian Budaya Ternak.
Murtijo, BA. 1990. Beternak Sapi Potong. Yogyakarta: Kanisius.
Nguntoronadi, 2010. Tilik Ternak. http://dodee88.wordpress.com/2008/10/14/tilik-ternak/
Sudarmono. A. S., 2008. Sapi Potong.Penebar Swadaya. Jakarta.
Santosa, U. 1997. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Jakarta: Penebar Swadaya.
Santosa, U. 2001. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Todingan, Lambe. 2010. Pemilihan Dan Penilaian Ternak Sapi Potong Calon Bibit.http://disnaksulsel.info. Sulawesi Selatan.

1 comment: