I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan tentang umur pada suatu peternakan
sapi mempunyai arti penting, karena berhubungan dengan biaya dan waktu hewan
tersebut masih bisa dipelihara. Penafsiran umur ini dapat dilihat menggunakan
metode pengamatan pada pergantian dan keterasahan gigi seri, wawancara dengan
pemillik ternak, recording, mengamati saat jatuhnya tali pusar, dan munculnya
cincin tanduk serta melihat pertumbuhan bulu dan tingkah lakunya.
Penampilan ternak saat
hidup mencerminkan produksi dan kualitas karkasnya. Ketepatan penaksir dalam
menaksir nilai ternak tergantung pada pengetahuan penaksir dan kemampuan
menterjemahkan keadaan dari ternak itu. Keadaan ternak yang perlu mendapat
perhatian pada saat menaksir pro-duktivitas ternak adalah umur dan berat,
pengaruh kelamin, perdagingan, derajat kegemukan dan persentase karkas.
Pada dasarnya penilaian
ternak dilaksanakan berdasarkan atas apa yang terlihat dari segi penampilannya
saja dan kadang-kadang terdapat hal-hal yang oleh peternak dianggap sangat
penting, akan tetapi ahli genetika berpendapat bahwa hal tersebut sebenarnya
tidak ada pengaruhnya terhadap potensi perkembangbiakan atau produksi. Oleh
karena itu, dalam penentuan seleksi ternak sebaiknya kedua cara penilaian
digunakan. Jadi selalu ternak ternak tersebut mempunyai kedudukan urut atau
rangking tertinggi berdasarkan nilai rekor performanya, juga baik dalam
memenuhi persyaratan secara fisik.
Untuk menilai ternak
diantaranya harus mengenal bagian-bagian dari tubuh sapi serta
konformasi tubuh yang ideal. Ternak yang dinilai harus sehat dan baik sesuai
dengan jenis bangsanya, bagus ukuran tubuhnya, seluruh bagian tubuh harus
berpadu dengan rata, harus feminin dan tidak kasar. Dengan demikian, maka kita
dapat menentukan perbandingan antara kondisi sapi yang ideal dengan kondisi
sapi yang akan kita nilai. Bagian-bagian tubuh sapi yang mendekati kondisi
ideal dapat menunjang produksi yang akan dihasilkannya
Yang paling tepat
adalah dengan meilhat catatan kelahiran, tetapi hal itu sulit dilakukan dalam
praktek, lebih-lebih terhadap ternak rakyat, hanya untuk sapi-sapi perah
perusahaan dan babi sebagian besar ada catatan kelahiran itu. Dengan melihat
pertumbuhan tanduk lebih sukar dilakukan dan sulit untuk percaya hasilnya, yang
paling umum digunakan sebagai alat untuk menentukan umur pada kuda, sapi,
kerbau dan domba atau kambing adalah keadaan dan pertumbuhan gigi, karena
pertumbuhan, pergantian dan pergeseran dari gigi terjadi pada umur-umur
tertentu dan tiap jenis ternak agak serupa sehingga mudah diikuti dan hampir
dapat dipercaya kebenarannya.. Menaksir umur sapi
tujuannnya yaitu untuk penentuan bibit, pemeliharaan, preventif dan menghindari
pemalsuan pada proses jual beli ternak dipasaran.
Penafsiran berat badan sangat penting dilakukan
oleh para pemilik ternak untuk mengetahui bobot tubuh ternak. Jumlah zat
makanan yang dibutuhkan untuk hidup pokok sapi didasarkan pada bobot badan.
Bobot badan sapi maupun ternak lainnya akan dapat diketahui dengan tepat,
apabila sapi itu ditimbang dengan menggunakan timbangan sapi. Namun, harganya
cukup mahal sehingga besar kemungkinan tidak terdapat dipeternak. Oleh karena
itu, diperlukan alat pengukur selain timbangan tersebut, meskipun hasilnya
tidak setepat timbangan sapi. Alat yang biasa digunakan adalah tongkat ukur dan
pita ukur dengan melakukan pengukuran dan perhitungan untuk menduga bobot badan
sapi. Oleh karena itu praktikum ini perlu dilakukan untuk dapat mengetahui hal
– hal yang dijelaskan diatas.
B.
Tujuan
Tujuan praktikum tilik
ternak kali ini adalah untuk mengetahui bobot badan ternak sapi berdasarkan
pengukuran bagian tubuh sapi.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Tilik Ternak
Menurut Supiyono
(1995), eksterior atau tilik ternak adalah suatu ilmu yang mempelajari
bentuk-bentuk tubuh dari luar untuk menentukan atau meramalkan prestasi dari
suatu ternak. Sesuai tujuan pemeliharaan sekaligus untuk menilai tingkat
pemurnian bangsa ternak dan merupakan alat bantu pelaksanaan program seleksi
ternak dalam rangka perbaikan mutu genetik kelompok ternak.
Untuk melakukan
penilaian terhadap hasil karkas, perlu dipelajari dan diketahui terlebih dahulu
tentang pembagian karkas Sapi. Sebab dengan mengetahui pembagian karkas
tersebut, para peternak ataupun tukang potong akan mampu melakukan penilaian
dengan betul.
Untuk menentukan
bakalan yang akan dipilih dalam usaha penggemukan, dapat ditentukan berdasarkan
penampilan sapi dengan melakukan penilaian/scoring. Dimana dengan
skor tubuh (1) terlihat tidak adanya lemak pada pangkal ekor dan iga pendek,
sapi dengan penampilan seperti itu dapat dikatakan terlalu kurus, bermutu
rendah dan mungin sebelumnya pernah sakit. Sapi dengan iga pendek terlihat dan
terasa sudah agak tumpul, pada pangkal ekor terhadap sedikit lemak mendapatkan
skor tubuh (2), dengan mutu yang cukup. Sapi dengan skor tubuh (3), iga pendek
sulit untuk dirasakan, pangkal ekor mulai gemuk, dan kantong pelir sudah mulai
terisi. Sapi dengan skor tubuh (4), telah mencapai tingkat gemuk sehingga
penambahan berat badan selanjutnya akan menjadi mahal dan tidak menguntungkan
(Nguntoronadi, 2010).
Penilaian ini untuk
menentukan tingkat dan kualitas akhir melalui perabaan yang dirasakan melalui
ketipisan, kerapatan, serta perlemakannya. Bagian-bagian daerah perabaan pada
penilaian (judging) ternak sapi meliputi ; bagian rusuk, bagian Tranversusprocessuspada
tulang belakang, bagian pangkal ekor, bagian bidang bahu. Penilaian tersebut
dilakukan pada setiap individu ternak sapi yang akan dipilih dengan cara
mengisihkan skor yang sesuai dengan penilaian melalui pengamatan, pandangan dan
perabaan. Dalam hal ini penilaian harus dilakukan sesubjektif mungkin. Untuk
menunjang hasil yang lebih akurat, penilaian tersebut lazimnya dilengkapi lagi
dengan pengukuran bagian-bagian tubuh yaitu tinggi pundak/ gumba, panjang
badan, lingkar dada dan dalam dada (Todingan, 2010).
B. Pendugaan Bobot Badan
Penafsiran berat
badan sangat penting dilakukan oleh para pemilik ternak untuk mengetahui bobot
tubuh ternak. Cara ini merupakan cara lain untuk mengetahui berat badan ternak
selain penimbangan berat badan. Apabila setiap kali harus selalu dilakukan
penimbangan, hal ini dirasa kurang praktis di samping timbangan itu jumlahnya
terbatas.( Hasnudi. 1997)
Rumus penentuan
berat badan sapi berdasar ukuran tubuh bertolak dari anggapan bahwa tubuh
ternak sapi berupa tong. Oleh karena itu, ukuran tubuh yang digunakan untuk
menduga bobot tubuh biasanya adalah panjang badan dan lingkar dada. Menurut
Gafar (2007), rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan adalah Rumus yang telah dikenal adalah
rumus Schoorl yang mengemukakan pendugaan bobot ternak sapi berdasarkan
lingkar dada sebagai berikut :
Bobot badan
(kg) = (lingkar dada (cm) + 22)2
100
Rumus
lain diturunkan oleh Scheiffer yang telah menggunakan lingkar dada dan panjang
badan dalam pendugaannya. Rumus itu sebagai berikut :Bobot badan (lbs) =
Lingkar dada (inchi)2 x Panjang badan (inchi)
Selain itu
penafsiran berat badan dapat pula dilakukan dengan pengamatan visual yaitu
memperkirakan berat badan ternak yang diamati. Cara lain yang dapat dilakukan
adalah dengan menggunakan DWT (Daily Cow Weighting Tape) yaitu
dengan melingkarkan DWT pada sternum 3-4 dan angka yang ditunjuk pada
pita ukur itu menunjukkan berat badan ternak. Cara penafsiran yang merupakan
cara untuk mengetahui berat badan ternak adalah penimbangan. Penimbangan
dilakukan dengan menggunakan timbangan ternak / neraca. Besar atau kecil,
stationer atau portabel, timbangan merupakan bagian yang sangat diperlukan
dalam tehnik-tehnik pengukuran. (Hasnudi.
1997)
Metode visual adalah suatu metode yang digunakan
untuk menafsir berat badan dengan melihat, mengamati keadaan sapi dengan baik,
kemudian kita menafsir berat sapi tersebut. Metode ini perlu kejelian dan
latihan yang banyak supaya taksirannya hampIr mendekati benar. Dan juga metode
ini banyak dipakai oleh para pedagang hewan (Hasnudi. 1997).
C. Pengukuran Tubuh Sapi Bali
Menurut Djagra,
I.B : 2009, Pengukuran ukuran tubuh ternak sapi dipergunakan
untuk menduga bobot badan seekor ternak sapi dan sering kali di pakai juga
sebagai parameter teknis penentuan sapi bibit dan menentukan umur sapi
tersebut.
Berdasarkan ketentuan kontes dan pameran ternak
nasional, yang termasuk dalam “statistik vital” pada ternak sapi meliputi
ukuran tinggi gumba, panjang badan, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, lebar
punggung, lebar pinggul, panjang pinggul, panjang kepala, lebar kepala, berat
badan, dan umur.
Ukuran “statistik vital” dari organ tertentu jika
dikaitkan dengan umur akan menggambarkan keharmonisan perkembangan tubuh dan
produktivitas (pertumbuhan). Karena itu, pertumbuhan organ-organ tertentu
berkorelasi dengan berat badan. Pengukuran dimensi dimaksudkan pelaksanaan
dengan mengukur dimensi tubuh luar ternak atau ukuran statistic. Menurut Djagra, 2009
adalah sebagai berikut :
Ket.: Pengukuran Panjang Badan
1. Ukuran Tinggi :
a. Tinggi Pundak,
tinggi gumba ialah jarak tegak lurus dari titik tertinggi pundak sampai ketanah
atau lantai, alat yang digunakan adalah tongkat ukur.
b. Tinggi punggung
ialah jarak tegak lurus dari taju duri ruas tulang punggung atau processus
spinosus vertebrae thoracaleyang terakhir sampai ke tanah . Titik ini mudah
didapat dengan menarik garis tegak lurus tepat diatas pangkal tulang rusuk terakhir.
c.Tinggi pinggang
ialahjarak tegak lurus dari titik antara tulang lumbar vertebrae 3-4, tepat
melalui legok lapar sampai ke tanah ( lantai ).
d. Tinggi pinggul ialah
jarak tegak lurus dari titik tertinggi pada os sacrum pertama sampai ke tanah.
e. Tinggi kemudi, jarak tegak
lurus dari os sacrum ( sacrale ), tepat melalui tengah- tengah tulang ilium
sampai ke tanah.
f. Tinggi pangkal ekor ialah
jarak tegak lurus dari titik pangkal ekor, sampai ke tanah.
Alat yang dipakai untuk mengukur
tinggi bagian- bagian tubuh diatas adalah tongkat ukur.
2.
Ukuran Panjang :
a. Panjang kepala jarak dari
puncak kepala sampai ujung moncong.
b. Panjang badan ; diukur secara lurus
dengan tongkat ukur dari siku ( humerus ) sampai benjolan tulang tapis ( tuber ischii ).
c. Panjang menyilang badan,
jarak yang diukur antara tulang benjolan bahu sampai tulang duduk disisi
lainnya. Diukur dengan memakai pita ukur.
d. Panjang kemudi; panjang
kelangkang; panjang pelvis, jarak antara tuber coxae dan tuber ischii pada sisi
sama.
e. Panjang telinga, jarak antara
ujung telinga sampai pangkal telinga bagian dalam. Dapat diukur dengan
penggaris atau pita ukur.
f. Panjnag tanduk, diukur dengan
pita ukur. Jarak antara ujung tanduk sampai kedasar tanduk.
Selain yang telah disebutkan alat-
alatnya, dapat juga digunakan tongkat ukur, jangka sorong atau caliper
.
3. Ukuran Lebar :
a. Lebar dada, jarak terbesar pada
yang diukur tepat dibelakang antara kedua benjolan siku luar, yaitu tepat pada
tempat mengukur lingkar dada.
b. Lebar pinggang, jarak diukur antara
taju horizontal yaitu pada tulang lumbale 3-4.
c. Lebar pinggul, jarak antara tuber
coxae pada sisi kiri dan kanan.
d. Lebar
kemudi, jarak terlebar antara sisi luar kiri dan kanan tulnag pelbis atau os
illium melalui os sacrum 3-4.
e. Lebar
pantat, lebar tulang tapis atau lebar tulang duduk, jarak antara kedua benjolan
tuber ischii kiri dan kanan.
f. Lebar kepala, jarak terbesar
antara kedua lengkungan tulang mata sebelah atas luar kiri dan kanan
4. Ukuran Dalam :
Dalam dada. Jarak titik tertinggi pundak
( gumba ) sampai tulang dada dan diukur melalui serta merta dibelakang siku.
5. Ukuran Lingkar :
a. Lingkar dada. Lingkaran yang diukur
pada dada serta merta atau persis dibelakang siku, tegak lurus dengan sumbu
tubuh.
b. Lingkar
perut . lingkaran yang diukur di daerah perut.yang memliki lingkaran besar,
melalui serta merta di belakang tulang rusuk terakhir dan tegak lurus dengan
sumbu tubuh.
c. Lingkar flank. Lingkaran yang diukur
di daerah flank, melalui tuber coxae serta merta depan ambing atau skrotum.
d. Lingkar pantat, lingkar round.
Lingkaran yang diukur pada pantat, dari tulang patella kiri sampai tulang
patella kanan, kearah belakang serta membentuk penampang sejajar dengan lantai.
e. Lingkar
tulang pipa. Lingkaran yang diukur ditengah- tengah tulang pipa, yaitu pada
bagian yang terkecil dan terbulat.
f. Lingkar
skrotum. Lingkaran yang diukur pada bagian terbesar skrotum; terlebih dulu
skrotum telah ditarik kearah bawah sehingga terdapat kedua testesnya.
g. Lingkar tubuh.
h. Lingkar
mulut, lingkar moncong. Lingkaran yang diukur tepat pada akhir sudut bibir,
ialah pada batas antara kepala dan moncong.
D. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Ternak.
Tumbuh - kembang dipengaruhi
oleh faktor genetik, pakan, jenis kelamin, hormon, lingkungan dan manajemen.
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan sebelum lepas sapih adalah genotipe, bobot
lahir, produksi susu induk, jumlah anak perkelahiran, umur induk, jenis kelamin
anak dan umur sapih .
Laju pertumbuhan setelah
disapih ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain potensi pertumbuhan dari
masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia . Potensi pertumbuhan
dalam periode ini dipengaruhi oleh faktor bangsa, heterosis (hybrid vigour)
dan jenis kelamin. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen
(pengelolaan) yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan dan iklim (Santosa. 2008).
·
Pakan.
Pakan yang berkualitas dan
dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging.
Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap
pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan
berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat
dan sehat.
·
Faktor Genetik.
Ternak dengan kualitas genetik
yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih
tinggi.
·
Jenis Kelamin dan Umur.
Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada
umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar dari
pada ternak betina.
·
Manajemen.
Pemeliharaan dengan manajemen
yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga
masa penggemukan menjadi lebih singkat.
·
Lingkungan
Lingkungan suhu dan udara yang
tidak sesuai dengan kondisi sapi akan mengakibatkan sapi menjadi stress dan
mempengaruhi pertumbuhan sapi.
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada tanggal 28 november 2013 pulul 15.00 s/d selesai di kandang
jurusan peternakan Universitas Sriwijaya.
B.
Alat dan Bahan
Alat : - pita ukur
- Alat tulis
Bahan: - Sapi Bali jantan dan betina
C.
Cara Kerja
1) Ukuran
Tinggi
Tinggi gumba merupakan ukuran tinggi sapi. Cara
pengukuran kita lakukan dari bagian tertinggi gumba ke tanah mengikuti garis
tegak lurus. Tinggi hip yang tertinggi ke tanah mengikuti garis tegak lurus
diukur pada bagian dekat tukang ekor sapi.
2) Ukuran
Lebar Dada
Lebar dada adalah jarak antara sendi bahu kiri dan
kanan. Cara pengukuran kita lakukan dengan menarik garis horizontal antara tepi
luar sendi bahu kiri dan kanan, atau antara rusuk kiri dan kanan yang
diukur di belakang tulang belikat.
4) Ukuran
Panjang
Panjang badan merupakan jarak antara tepi depan
sendi bahu dan tepi belakang tulang tapis. Cara pengukuran kita lakukan dengan
menarik garis horizontal dari tepi depan sendi bahu sampai ke tepi belakang
tulang tapis.
5) Berat badan
Pengukuran berat badan menggunakan rumus
Schoort:
Berat
Badan (kg) =
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
SAPI
|
PARAMETER YANG DIUKUR
|
|||||
Panjang Badan
|
Tinggi Hip
|
Tinggi Gumba
|
Lebar Dada
|
Dalam Dada
|
Berat Badan
|
|
Jantan
|
84 cm
|
113 cm
|
114 cm
|
143 cm
|
71.5 cm
|
272.25 kg
|
Betina
|
70 cm
|
111 cm
|
113 cm
|
130 cm
|
65 cm
|
231.04 kg
|
Rumus
Perhitungan Berat Badan:
- Rumus Schoort : Berat Badan (kg) = (Lingkar dada (cm) + 22)2
B.
Pembahasan
Tilik ternak adalah
suatu cara untuk mengetahui tingkat prestasi suatu ternak melalui pengamatan
morfologi (secara visual) untuk menentukan baik atau tidaknya ternak tersebut.
Menurut Menurut Supiyono (1995), eksterior atau tilik ternak adalah suatu ilmu
yang mempelajari bentuk-bentuk tubuh dari luar untuk menentukan atau meramalkan
prestasi dari suatu ternak. Sesuai tujuan pemeliharaan sekaligus untuk menilai
tingkat pemurnian bangsa ternak dan merupakan alat bantu pelaksanaan program
seleksi ternak dalam rangka perbaikan mutu genetik kelompok ternak.
Tilik ternak digunakan
salah satunya untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan untuk
menentukan pekiraan bobot (berat) badan suatu ternak tersebut. dalam hal ini
tilik ternak pada sapi dilakukan dengan cara mengukur bagian – bagian tertentu
pada tubuh sapi tersebut.
Dalam pengukuran,
disarankan berdiri dengan jarak 2 meter dari sapi yang akan diukur. Selanjutnya, memulai pengukuran dari depan kemudian mengitari sisi sebelah
kiri dan kanan mengelilingi seluruh tubuh hewan. Pengukuran ternak sapi yang kami lakukan
adalah pada daerah-daerah tertentu saja seperti panjang badan, tinggi hip,
tinggi gumba, lebar dada, dan dalam dada. Pada perhitungan selanjutnya
dilakukan perhitungan bobot badan sapi dengan menggunakan rumus Schoort.
Panjang badan pada sapi jantan diukur dari awal
kaki depan sapi sampai ke kaki belakang sapi. Pada sapi jantan, memiliki
panjang badan 84 cm dan sapi betina 70 cm. pada pengukuran tinggi gumba di ukur pada
bagian tertinggi pada tubuh sapi ini diukur pada bagian depan sapi. Tinggi
gumba sapi ini yaitu sapi jantan 114 cm dan betina 113 cm. Tinggi hip yang
diukur dari tanah sampai ke titik tertinggi bagian belakang sapi ini yaitu sapi
jantan 113 cm dan sapi betina 111 cm. Lebar dada diukur dengan mengelilingi
pita ukur poada bagian dada sapi, yaitu sapi jantan 143 cm dan betina 130 cm.
hal ini sesuai dengan (Djagra. 2009) bahwa Lingkar dada, Lingkaran yang
diukur pada dada serta merta atau persis dibelakang siku, tegak lurus dengan
sumbu tubuh. Dalam dada didapat dari perhitingan ½ dari lingkar dada, yaitu
sapi jantan 71.5 cm dan sapi betina 65 cm. Sedangkan berat (bobot) badan sapi
dikur dengan perhitungan rumus Schoorl dengan memanfaatkan pengukurn lingkar
dada, dan didapat bahwa perkiraan bobot badan sapi jantan ini yaitu 272,25 kg
dan betina 231,04 kg.
Dari penjelasan diatas
terlihat bahwa ukuran tubuh sapi jantan berbeda dengan sapi betina. Faktor –
faktor yang mempengaruhi bobot badan ternak adalah genetic, lingkungan, jenis
kelamin, pakan, manajemen dan lingkungan. Sapi jantan pada keadaan normal akan
tumbuh lebih besar daripada sapi betina. Karena dilihat dari berbagai macam
aspek seperti genetik, pakan, manajemen dan lingkungan, sapi bali ini
mendapatkan perlakuan yang sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa factor yang
mempengaruhi perbedaan ukuran tubuh sapi ini adalah faktor jenis kelamin. Hal
ini sama seperti yang duingkapkan (Santosa: 2008) bahwa Ternak jantan tumbuh lebih cepat dari pada
ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan
daging yang lebih besar dari pada ternak betina.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu
tilik ternak adalaha ilmu yang mempelajari tentang bentuk tubuh bagian luar
untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ternak. Dengan ilmu tilik ini
juga dapat memperkirakan bobot badan sapi. Bagian tubuh sapi yang diukur yaitu
panjang badan, tinggi gumba, tinggi hip, tinggi gumba, lebar dada dan dalam
dada. Untuk memperkirakan bobot badan sapi, menggunakan rumus Schoorl dengan
memanfaatkan data lebar dada. Data yang didapatkan yaitu sapi jantan: panjang
badan 84 cm, tinggi hip 113 cm, tinggi gumba 114 cm, lebar dada 143 cm , dalam
dada 71,5 cm dan bonot (berat) badan 272,25 kg. Sedangkan sapi betina, panjang
badan 70 cm, tinggi hip 111cm, tinggi gumba 113 cm, lebar dada 130 cm, dalam
dada 65 cm dan bobot (berat) badan 231,04 kg.
Banyak faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang ternak.
Faktor – factor tersebut antara lain genetic, pakan, lingkungan, umun dan jenis
kelamin serta manajemen pemeliharaan . Perbedaan hasil yang didapat pada sapi
jantan dan betina ini lebih disebabkan factor jenis kelamin ternak tersebut
karena kedua ternak sapi ini bergenetik sama, hidup dilingkungan dan manajemen
pemeliharaan dan pakan yang sama, yang berbeda hanya jenis kelaminnya saja.
B. Saran
Diharapkan
praktikum dalam pendugaan / memperkirakan bobot badan ternak menggunakan pita
ukur dan rumus Schoorl ini perlu diteliti lebih lanjut dalam ketepatannya
menduga bobot badan ternak. Serta diharapkan para praktikan melakukan
pengukuran sendiri – sendiri sehingga semua prkatikan bisa mengerti materi
pengukuran bagian tubuh ternak ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.
2010. Tilik Ternak. http://dodee88.wordpress.com/2008/10/14/tilik-ternak/.
Anonimous. 2010. Penilaian
Eksterior Tubuh. http://webcache.googleusercontent.
wordpress.com/2008/01/10/penilaian-eksterior-tubuh ternak/TILIK+TERNAK&
&gl=id.
Djagra, I.B. 2009. Diktat
Ilmu Tilik Sapi Potong. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar.
Hasnudi. 1997.
Pengelolaan Ternak Sapi Pedaging.
Medan: FP-USU.
Herren.2012.
Identifikasi Sifat-sifat Kualitatif dan Ukuran-Ukuran Tubuh pada Ayam Sentul
Umur Dewasa. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Pajajaran
Kartasudjana
Ruhyat. 2001. Teknik Produksi Ternak
Ruminansia. Jakarta: Modul Program Keahlian Budaya Ternak.
Murtijo, BA. 1990. Beternak Sapi Potong. Yogyakarta: Kanisius.
Nguntoronadi, 2010.
Tilik Ternak. http://dodee88.wordpress.com/2008/10/14/tilik-ternak/
Sudarmono. A. S.,
2008. Sapi Potong.Penebar Swadaya. Jakarta.
Santosa, U. 1997. Prospek
Agribisnis Penggemukan Pedet. Jakarta: Penebar Swadaya.
Santosa, U. 2001. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Todingan, Lambe.
2010. Pemilihan Dan Penilaian Ternak Sapi Potong Calon Bibit.http://disnaksulsel.info. Sulawesi
Selatan.
ok gan,,makasih,,sangat membantu nih...
ReplyDelete