I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ternak babi merupakan salah satu komoditas
peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Ternak babi dan atau produk
olahannya cukup potensial sebagai komoditas ekspor nasional. Pasar komoditas
ini masih terbuka lebar ke berbagai negara seperti Singapura dan Hongkong.
Berdasarkan statistic peternakan tahun 2010, populasi ternak babi tertinggi
terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur 1,637,351ekor, Bali (930,465 ekor),
Sumatera Utara (734,222 ekor), Sulawesi Selatan (549,083 ekor), Kalimantan
Barat (484,299 ekor), Papua (546,696 ekor), Kalimantan Barat (484,299 ekor),
Sulawesi Utara (332 ,942 ekor), Bangka Belitung (268,220 ekor), Sulawesi Tengah
(215,973 ekor), Kepri (185,663 ekor). Berdasarkan hasil survey tahun 2005
rata-rata kepemilikan peternak babi rakyat di provinsi Bali 29,3 ekor, Sumatera
Utara 20,5 ekor dan Jawa Barat 20,65 ekor. Dengan kata lain, rata-rata
kepemilikan ternak masih rendah, sehingga usaha yang dilakukan kurang efisien.
Umumnya usaha ternak babi merupakan usaha pembibitan
dan penggemukan dan masuk kategori peternakan rakyat dengan sumber bibit
berasal dari daerah sekitarnya (61,25%) dan dari peternakan sendiri 25%. Dalam
hal performance babi di Indonesia masih sangat memprihatinkan dengan tingginya
angka kematian yang mencapai 19,59%. Usaha budidaya ternak babi yang dilakukan
di pemukiman pedesaan secara intensif dapat menimbulkan permasalahan lingkungan
hidup.
Permasalahan
yang paling sering terjadi adalah kesulitan pembuangan hasil samping berupa
limbah kotoran ternak, urine dan permasalahan lingkungan sekitarnya. Limbah
organik yang dihasilkan seperti kotoran ternak, sisa pakan lebih banyak
menimbulkan masalah seperti penyakit ternak dan lingkungan dari pada keuntungan
yang diperoleh. Untuk mengatasi permasalahan tersebut upaya yang sering
dilakukan peternak adalah bagaimana membuang atau menjual secepatnya kotoran
ternak yang menumpuk ke daerah-daerah pertanian untuk pupuk organik dengan
harga yang relatif lebih murah.
Permasalahan lingkungan tersebut sebagian besar
disebabkan oleh limbah organic yang tidak terurai dengan baik, sehingga
menimbulkan masalah-masalah lingkungan seperti bau, gas beracun, hama penyakit
dan lain-lain. Maka dari itu, dilakukan praktikum ini untuk mengetahi cara pemeliharaan
ternak babi yang baik.
B. Tujuan
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah untuk
mengetahui cara pemeliharaan ternak babi di desa Air Batu, Banyuasin, Sumatera
Selatan.
II.
PEMBAHASAN
Cara berternak babi di indonesia sudah
lama dikenal masyarakat. Supaya cara berternak babi dapat
berikan keuntungan yang optimal untuk pemiliknya, jadi di butuhkan bebrapa
perihal yang menyangkut manajemen pemeliharaan cara berternak babi
yang baik agar sesuai dengan hasil yang kita inginkan. Maka dari itu kita harus
benar- benar memperhatikannya dengan sangat teliti . Pada praktikum kali ini dilaksanakan pada hari sabtu, 15 juni 2013
pukul 10.00 s/d selesai di desa Air Batu, Banyuasin, Sumatera Selatan. Kali ini
kami mengunjungi peternakan babi milik Pak Aseng. Di peternakan rakyat ini kami
melihat cara pemeliharaan ternak babi. Disana adalah pemeliharaan ternak babi
untuk dijadikan pembibitan dan ada yang dijual untuk konsumsi masyarakat,
terutama masyarakat keturunan China.
Sistem
perkandangan di peternakan pak aseng ini dengan model kandang atap dengan semi
terbuka yaitu dinding nya tidak terlalu tinggi dan cukup berukuran tinggi babi
tersebut sehingga ketika melihat kandangnya babi tersebut bisa langsung
terlihat. Jenis babi yang digunakan di peternaajn Pak Aseng ini adalah jenis Babi Duroc ysng merupakan bangsa babi
unggul yang berasal dari Amerika Serikat.
Secara umum, babi Duroc memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
o
tubuh
panjang dan besar
o
warna
merah, bervariasi dari mulai merah muda sampai dengan merah tua
o
punggung
dari mulai leher sampai dengan ekor membentuk busur
o
kepala
sedang
o
telinga
terkulai ke depan
o
muka
agak cekung
o
produksi
susu cukup baik
o
peridi
Babi Duroc merupakan salah satu babi impor yang digunakan para peternak
sebagai bibit babi. Di kandang babi ini, babi
dipelihara di kandang yang bersekat tembok. Dalam 1 sekat berisi kurang lebih
15 ekor sehingga jumlah babi lebih dari 50 ekor. Dikandang tersebut kami melihat pakan yang
diberikan berupa bekatul, konsentrat dan ampas tahu dengan pemberian pakan 3 x
untuk 1 hari. Perlu diketahui bahwa babi ini juga dimandikan 1 kali sehari
yaitu pada pagi hari. Di kandang Pak Aseng ini manajemen kandangnya kurang baik
karena kandang babi disini sangat bau, sehingga disana kami menutup hidung hal
ini mungkin dikarenakan babi dipelihara denagn tempat pakan sama dengan tempat
tinggal dan termpat babai ini mengeluarkan kotoran wajar saja jika kandang menjadi
sangat bau.
Adapun
langkah-langkah cara berternak babi Menurut Kementrian Pertanian Dirjen Peternakan
Dan Kesehatan Hewan Direktorat Budidaya Ternak.2012.
1. Manajemen
pemeliharaan
Untuk
pencegahan penularan penyakit, maka pemeliharaan ternak babi di pedesaan harus
dilakukan secara tertib dan memenuhi tata cara budidaya ternak babi yang baik
terutama menyangkut masalah biosecuriti, higiene dan sanitasi dan pencemaran
lingkungan.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
(1)
Melakukan pembersihan dan pencucian kandang serta menyediakan desinfektan
(2)
Membersihkan lingkungan sekitar kandang;
(3)
Melakukan desinfeksi kandang dan peralatan, penyemprotan insektisida terhadap
serangga, lalat dan pembasmian terhadap hama lainnya;
(4)
Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari suatu kelompok ternak ke
kelompok ternak lainnya, pekerja yang melayani hewan sakit/kandang isolasi
tidak diperkenankan untuk melayani ternak-ternak/kandang lainnya;
(5)
Membakar atau mengubur bangkai babi yang mati karena penyakit hewan menular
dibawah pengawasan Dokter Hewan Peternakan setempat;
(6) Setiap usaha peternakan babi harus
menyediakan fasilitas desinfeksi untuk petugas
dan tamu serta
kendaraan di pintu masuk ke peternakan.(7) Kandang ternak babi harus terpisah
dengan kandang ternak lainnya. (8) Pemberian pakan tambahan untuk menghilangkan
bau kotoran dengan cara pemberian probiotik kedalam pakan babi.
2. Kebersihan
Kandang
(1) Kandang
harus cukup luas, dibersihkan setiap hari dan didisinfeksi secara teratur ( 2 x
dalam seminggu) serta memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup.
(2)
Hindarkan/cegah dan bersihkan makanan yang berceceran di sekitar kandang.
§ Kandang babi yang baik:
- Cukup memperoleh cahaya matahari, bersih dankering.
- Ventilasi baik.
- Drainase didalam atau di luar kandang kudu baik.
- Didalam satu kandang, babi kudu sejenis dan seumur
- Cukup memperoleh cahaya matahari, bersih dankering.
- Ventilasi baik.
- Drainase didalam atau di luar kandang kudu baik.
- Didalam satu kandang, babi kudu sejenis dan seumur
§ Ukuran kandang yang sesuai
- Anak babi 2, 5 x 1, 5 m/eko
- Babi pejantan 3 x 2 m/ekor
- Kandang penggemukan : berat 40 kg = 0, 36 m/ekor, berat 40 -9
- kg =0, 50 m/ekor, dan berat lebih 90 kg = 0, 75m/ekor
- Anak babi 2, 5 x 1, 5 m/eko
- Babi pejantan 3 x 2 m/ekor
- Kandang penggemukan : berat 40 kg = 0, 36 m/ekor, berat 40 -9
- kg =0, 50 m/ekor, dan berat lebih 90 kg = 0, 75m/ekor
3. Pemberian Pakan
Pemberian pakan ternak babi yang cukup. Pemberian pakan
ternak babi yang baik bisa berupa jagung, shorgum, gandum, kacang kedelai,
kacang hijau, umbi-umbian, tepung ikan dan lain-lain.
Contoh susunan ransum
babi
§ Perode stater Cara berternak babi ( 0 – 11
minggu ), protein 20 – 22 persen dan sebaknyadiberi skin milk dan jagung giling
§ periode grower Cara berternak babi ( 10 – 24
minggu ), protein17 persen ditambah hijauan segar, mineral danvit
§ penggemukan Cara berternak babi ( sampai 10 bln.
), protein14 persen dan diberikan pakan yangberkwalitas hingga dapat meraih
beratbadan + 100 kg bibit, dengan protein 14 persen, makanan yang berkadar
serat tingi, dan hijauan segar namun ransum tak perlu di masak kandang dan
peralatan
4. Kesehatan
Hewan dan Biosekuriti
(1) Situasi
Penyakit Ternak Babi
Situasi penyakit
ternak babi yaitu penyakit cacing pita, hog cholera, brucellosis dan penyakit
menular lain yang dapat menyerang ternak babi seperti desentri, cacar babi dan
Influenza, Tuberculosis.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Babi
jenis duroc adalah jenis babi yang paling cocok dijadikan bibit. Manajemen
peternakan babi yang baik perlu dipehatikan terutama kebersihan kandangnya agar
kandang tidak menjadi bau dan tidak mencemari lingkungan sekitar kandang.
DAFTAR
PUSTAKA
http://caraberternak.com/cara-berternak-babi/
(diakses tanggal 17 juni 2013)
http://ternak-monogastrik.peternakan.co.id/babi-duroc/
(diakses tanggal 16 juni 2013)
Kementrian
Pertanian Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Direktorat Budidaya
Ternak.2012. Pedoman Penataan Usaha Budidaya Babi Ramah Lingkungan oleh Ir.
Fauzi Luthan.
No comments:
Post a Comment