I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Air susu merupakan bahan makanan yang
mempunyai nilai gizi tinggi karena mengandung zat-zat yang diperlukan
oleh tubuh manusia. Air susu merupakan air susu sapi yang tidak dikurangi
ataupun tidak ditambahkan sesuatu apapun yang diperoleh dari hasil pemerahan.
Komposisi air susu adalah air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, air susu
dapat digunakan baik dalam bentuk aslinya.
Susu adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar susu (mammae)
baik dari binatang maupun dari seorang ibu. Air susu ibu dikenal dengan asi,
sedangkan susu hewan atau susu tiruan sebagai pengganti susu ibu disebut pasi
(pengganti air susu ibu). Susu memiliki aroma yang ringan dan umumnya dapat
diterima orang-orang di wilayah perkotaan. Di pedesaan, sebagian penduduk
memang menolak untuk minum susu dengan alasan berbau amis dan tidak biasa.
Namun susu dengan nilai gizinya tinggi merupakan makanan penting bagi mereka
yang dalam keadaan sakit (beck, 1993).
Uji sensoris merupakan ilmu yang
mempelajari identifikasi, pengukuran, analisis dan interpretasi sifat sensoris
atau atribut bahan pangan atau bahan lain yang diterima sensasinya oleh indra
penglihat, pencecap, pembau, peraba dan pendengar.
Ada tiga hal utama yang dibahas
dalam uji sensoris ini yaitu pertama adalah proses penginderaan yang
menjelaskan mekanisme pencecapan (gestation), pembauan (olvaction), penglihatan
(vision) dan perabaan – persepsi tekstur, dimulai dari adanya rangsangan /
stimuli sampai timbulnya respon.
Kedua menjelaskan bagaimana
cara menilai sifat sensoris bahan pangan yaitu flavor meliputi cecap, ketampaan
mencakup warna, bentuk, ukuran dan cacat; serta sifat tekstural yang mencakup
sifat mekanis, geometris dan orientasi partikel. Ketiga adalah
membahas analisis secara sensoris yaitu pemilihan dan penggunaan tipe tipe
pengujian disesuaikan dengan tujuannya yaitu untuk penelitian, pengembangan
produk, atau pengendalian mutu.
Di zaman kolonial dulu, susu adalah minuman yang hanya
dikonsumsi oleh orang belanda. Sehingga ada
yang mengatakan, kalau mau jadi orang yang berkuasa, minumlah susu. Sementara
itu di awal tahun 1950-an prof. Poorwo sudarmo mencetuskan empat sehat lima
sempurna yang menempatkan susu pada urutan terakhir. Orang awam pun akhirnya
beranggapan bahwa susunan hidangan kita menjadi tidak sempurna tanpa hidangan
susu (Khomsan, 2004).
Susu adalah sekresi susu yang praktis bebas dari kolesterum
yang diperoleh dari pemerahan sempurna dari seekor sapi atau lebih. Susu tidak
saja dihasilkan oleh ternak sapi tetapi juga dihasilkan ternak kambing. Susu merupakan
bahan makanan yang bernilai gizi tinggi karena mengandung hampir semua
zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. Susu merupakan bahan pangan yang tersusun
oleh lemak, protein, air, karbohidrat, mineral dan vitamin-vitamin dengan nilai
gizi yang tinggi dan seimbang. Didalam susu juga terdapat sejumlah mikroba,
baik mikroba yang patogen maupun mikroba non patogen.
Susu merupakan sumber protein, sumber energi sehingga dapat
memberikan kepada kita kesehatan, maka dari itu minat beli masyarakat
sangat tinggi walaupun harga susu kadang-kadang naik tetapi tidak menyurutkan
daya beli masyarakat terhadap produksi susu.
Susu merupakan hasil utama dari ternak selain daging dan
telur yang sangat diminati oleh masyarakat dan susu sangat bermamfaat
bagi kebutuhan manusia tetapi juga sangat dibutuhkan oleh anak dari ternak itu
sendiri, karena air susu yang pertama kali keluar dari induk mengandung banyak
sekali anty bodi atau pelindung tubuh anak agar tidak mudah terserang oleh berbagai
penyakit yang bisa menyebabkan ternak itu cacat atau mati.
Untuk mendapatkan susu sapi yang baik yang bermutu tinggi
maka perlu dilakukan beberapa langkah pertama pada waktu pemerahan harus
mengetahui kapan ternakut siap untuk diperah serta berapa lama pemerahan
berlansung kemudian yang kedua pada waktu pemerahan kita harus mengetahui
kebersihan dari tempat pemerahan serta kebersihan dari ternak yang diperah
karena apabila ternak yang diperah tersebut tidak bersih akan mengganggu
kualitas dari air susu tersebut.
Air susu sangat diperlukan dalam produk
pangan. Terutama dalam produk susu. Karena air susu adalah bahan baku dari
semua produk susu. Dipandang dari segi gizi, susu merupakan makanan yang hampir
sempurna, dimana susu mengandung protein, lemak, vitamin, mineral dan laktosa
(karbohidrat). Tidaklah sempurna suatu makanan tanpa adanya susu. Sesuai dengan
istilah pangan, “empat sehat lima sempurna”. Susu adalah suatu sekresi yang
komposisinya sangat berbeda dari komposisi darah yang merupakan asal susu. Misalnya
lemak susu, kasein, laktosa yang disintesa oleh alveoli dalam ambing, tidak
terdapat di tempat lain mana pun dalam tubuh sapi. Sejumlah besar darah
mengalir melalui alveoli dalam pembuatan susu yaitu sekitar 50 kg darah
dibutuhkan untuk menghasilkan 30 liter.
Di dalam air susu banyak sekali
komponen-komponen penyusun diantaranya seperti seperti laktosa, yang terdiri
dari gabungan antara glukosa dan galaktosa. Air susu adalah salah satu produk
hasil pertanian yang mengandung nilai gizi yang cukup tinggi dan sangat luas
penggunaannya dalam bidang kehidupan. Susu merupakan larutan yang bersifat
mudah larut dalam air karena memiliki sifat hidrofil dan bila dilarutkan di dalam
air yang memiliki suhu yang cukup tinggi akan lebih cepat larut.
Susu dapat merupakan sumber penyakit bagi
manusia apabila pengolahan terhadap susu tersebut tidak higienis. Sehingga diperlukan
uji-uji tertentu untuk mengetahui apakah susu tersebut layak untuk dikonsumsi. Salah
satu cara yang dilakukan untuk mengetahui mutu dari susu yaitu dengan uji
mikrobiologi susu.
Pada dasarnya, pemberian makanan yang beragam amat
dianjurkan. Karena, tidak ada satu pun jenis makanan yang lengkap kandungan
gizinya yang bisa memenuhi kebutuhan hidup seseorang. Susu adalah makanan
pertama yang dikenal seorang anak. Bila air susu ibu (asi) sudah tidak keluar,
naka sebagai gantinya adalah susu sapi atau susu formula. Seorang anak yang
minum susu berlebih berisiko mengalami kurang gizi. Anak yang mengkonsumsi susu
berlebih, perutnya kan merasa kenyang, sehingga ia menolak makanan yang lain. Untuk
anak-anak, konsumsi saja tidak akan mencukupi kebutuhan gizinya (Khomsan,
2004). Berdasarkan teori -
teori diatas, untuk mempelajari lebih rinci lagi
mengenai susu dan yang berkaitan dengan susu maka dilakukan praktikum ini
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan susu, kandungan yang ada dalam
susu dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan panjang diatas maka, praktikum
organoleptik susu dalam hal warna, aroma, rasa, tekstur dan daya terima susu
ini sangat diperlukan.
B. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah
untuk mengetahaui cara uji analisa organoleptik pada susu yaitu warna, aroma,
rasa, tekstur dan daya terima terhadap susu tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Susu adalah suatu sekresi yang komposisinya sangat berbeda
dari komposisi darah yang merupakan asal susu. Misalnya lemak susu, casein,
laktosa yang disintesa oleh alveoli dalam kambing, tidak
terdapat di tempat lain manapun dalam tubuh sapi (Muchtadi,
dkk., 2010).
Susu adalah makanan pertama yang dikenal seorang bayi
lewat ASI. Masyarakat sudah menganggap bahwa kualitas ASI lebih unggul daripada
susu sapi, susu formula, dan susu bubuk. Bahkan sekarang kita juga mulai
mengenal susu non hewani, yang terbuat dari bahan baku kedelai (Khomsan, 2004).
Warna susu putih kebiru-biruan disebabkan oleh
pemantulan cahaya oleh globula lemak yang terdispersi, kalsium kaseinat, dan
koloidal. Susu yang lemaknya telah dihilangkan atau yang kadar lemaknya rendah
warna kebiru-biruan lebih nampak. Warna karoten yang menyebabkan warna kuning
susu, pada hewan yang memproduksi yang berwarna kuning pada susu juga mempunyai
warna yang sangat tinggi dalam lemak. Lactochrome atau
ribovlafin terdapat pada larutan susu terlihat pada whey yang
memperlihatkan warna kehijau-hijauan, pada susu normal warna ini tertutup oleh
unsur susu (Muchtadi, dkk., 2010).
Walaupun tanpa pemberian suatu apapun, rasa susu sedikit
manis, dengan aroma agak harum serta berbau susu. Bau khas susu akan hilang
atau berkurang apabila susu dipanaskan atau dibiarkan pada tempat yang kena
udara. Di samping itu, susu merupakan dua lapisan yang dapat dipisahakan yaitu
kepala susu dan skim. Bagian paling atas dari susu adalah krim yang beratnya
lebih ringan dari skim dan krim akan tampak jelas pada susu yang baru diperah
dan dibiarkan 20-30 menit(Sirajuddin, dkk., 2012).
Dipandang dari segi gizi, susu merupakan bahan makanan yang
hampir sempurna dan merupakan makanan alamiah bagi binatang menyusui yang baru
lahir, dimana susu merupakan satu-satunya sumber makanan pemberi kehidupan
segera sesudah kelahiran. Susu didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar susu
binatang yang menyusui anaknya (mamalia) (Muchtadi, dkk.,
2010).
Susu mengandung bermacam-macam unsuredan
sebagian besar terdiri dari zat makanan yang juga diperlukan bagi pertumbuhan
bakteri. Oleh karenanya pertumbuhan bakteri dalam susu sangat cepat, pada suhu
yang sesuai. Jenis-jenis Micrococcus dan Corybacterium sering terdapat dalam
susu yang baru diambil. Pencemaran berikutnya timbul dari sapi, alat-alat
pemerahan yang kurang bersih dan tempat-tempat penyimpanan yang kurang bersih,
debu, udara, lalat dan penanganan oleh manusia(Buckle, et. al., 1987).
Emulsi lemak yaitu globula pada susu
dikelilingi globula yang mengandung glikoprotein, lipid polar, sterol dan
beberapa enzim termasuk xanthine oksida. Sayangnya akibat dengan adanya
membrane tersebut maka struktur dapat dengan mudah rusak pada saat ada tekanan
dan pendinginan (Robinson, 1987).
Kualitas mikrobial dalam susu segar sangat
penting bagi penilaian dan produksi produk susu yang berkualitas. Susu dapat disebut
telah rusak apabila terdapat gangguan dalam tekstur, warna, bau dan rasa pada
kondisi dimana susu tersebut sudah tidak patut lagi dikonsumsi oleh manusia.
Kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme dalam makanan sering melibatkan
degradasi dari zat zat nutrisi seperti protein, karbohidrat dan lemak, baik
oleh mikroorganisme itu sendiri maupun enzim yang diproduksinya. Air
susu mengandung tiga komponen karakteristik yaitu: laktosa, kasein, dan lemak
susu. Disamping mengandung bahan-bahan lainnya misalnya air, mineral, vitamin,
dan lainnya. Banyaknya tiap-tiap bahan didalam air susu berbeda-beda tergantung
spesies hewan; komposisi dipengaruhi oleh banyak sekali faktor genetic dan
lingkungan (Budi, 2006).
Susu segar yang akan diminum harus melalui
pasteurisasi terlebih dahulu guna mencegah penularan penyakit dan mencegah
penularan penyakit dan mencegah kerusakan karena mikroorganisme. Dalam proses
pasteurisasi, susu dipanaskan pada suhu 65oCelcius selama 30 menit. Laktosa
adalah satu-satunya karbohidrat pada susu. Secara kimia sebuah molekul dari
laktosa diproduksi dari gabungan antara stu glukosa dan satu galaktosa sisa
yang dihasilkan oleh sebuah α-lactalbumin yang bergantung pada enzim. Galaktosa
dalah derivat hampir sama seperti glukosa tetapi bagian kecil yang bersal dari
asetat dan gliserol (Mc Donald, et. al., 2002).
Pada dasarnya semua jenis mamalia termasuk manusia, mampu
menghasilkan
susu
melalui kelenjar mammae. Secara umum, susu mamalia ini dapat
dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu susu kaya dan susu miskin. Yang dimaksud
susu kaya adalah susu yang mengandung kadar lemak dan protein tinggi, misalnya
susu ikan paus, kelinci, dan anjing laut. Sedangkan susu miskin adalah susu
yang mengandung kadar lemak dan protein relatif lebih rendah, misalnya susu
sapi, kambing, domba, kuda, kerbau, dan manusia. Perbedaan
komposisi ini menunjukkan adanya perbedaan tahap perkembangan anak pada waktu
kelahiran. Anak ikan paus, kelinci dan anjing laut banyak membutuhkan protein
dan lemak sesudah kelahirannya untuk pertumbuhan dibandingkan anak sapi,
kambing, atau domba (Muchtadi, dkk., 2010).
Susu yang diminum manusia berasal dari hewan menyusui,
khususnya sapi atau kambing. Semua jenis susu mempunyai komposisi yang saling
menyerupai, tetapi proporsi kontituennya berbeda-beda menurut spesies hewan
yang mengahasilkan susu itu. Susu sapi merupakan jenis susu segar yang lazim
diminum di Indonesia (Beck, 1993).
Meskipun terdapat banyak jenis hewan yang dapat menghasilkan
susu, hanya beberapa hewan saja yang susunya dimanfaatkan untuk konsumsi
manusia. Setelah susu manusia (ASI), susu yang paling umum dikonsumsi manusia
adalah susu sapi, kambing/domba (Muchtadi, dkk., 2010).
Lemak atau lipid terdapat di dalam susu dalam bentuk jutaan
bola kecil yang bergaris tengah antara 1-20 mikron dengan garis tengah
rata-rata 3 mikron. Biasanya terdapat kira-kira 1.000 x 106 butiran
lemak dalam setiap ml susu. Butiran-butiran ini mempunyai daerah permukaan yang
luas dan hal tersebut menyebabkan susu mudah dan cepat menyerap flavor asing.
Butiran-butiran ini mempertahankan keutuhannya, karena pertama tegangan
permukaan yang disebabkan oleh ukurannya yang kecil dan kedua karena adanya
suatu lapisan tipis (membran) yang membungkus butiran tersebut, yang terdiri
dari protein dan fosfolipid. Pembungkusan tipis ini mencegah butiran lemak
untuk bergabung dan membentuk butiran yang lebih besar. Kalau didiamkan,
butiran-butiran lemak ini biasanya akan muncul ke permukaan susu untuk
membentuk lapisan/krim. Bila susu atau krim diaduk secara mekanis, lapisan
tipis sekeliling masing-masing butiran akan pecah, sehingga butiran-butiran itu
sekarang dapat bergabung membentuk masa lemak yang terpisah dari bagian susu
yang lain.
Selain protein, vitamin A, zat warna karoten, enzim-enzim
tertentu seperti fosfatase, fosfolipid seperti
resitin, dan sterol, kolesterol juta berada pada lapisan tipis lemak susu.
Kira-kira 98-99% dari lemak susu berbentuk trigliserida di mana tiga molekul
asam lemak diesterifikasikan terhadap gliserol. Monogliserida dan digliserida
berisi satu atau dua asam lemak yang dihubungkan pada gliserol dan jumlahnya di
dalam susu, dapat mencapai kira-kira 0,5% digliserida dan 0,04% monogliserida (Buckle,
dkk., 1985).
Susu adalah
salah satu dari beberapa makanan yang paling bergizi. Konstituen penting yang
diberikan (Beck, 1993):
1. Protein, terutama kasein dan
laktalbumin; protein susu memberikan asam amino esensial dengan perbandingan
yang sangat tepat bagi pembangunan jaringan tubuh.
2. Hidrat arang, dalam bentuk
laksota dan gula susu.
3. Lemak, dalam bentuk teremulsi
halus.
4. Kalsium dan fosfor, dalam
keadaan yang mudah diserap.
5. Vitamin A, dalam jumlah yang
banyak kalau sapi perahnya memakan pakan ternak hijau yang kaya akan karoten.
6. Vitamin B kompleks, khususnya riboflavin.
Mineral susu
mengandung potasium, kalsium, magnesium, klorida, fosfor, sulfur dalam jumlah
yang relatif besar. Besi, tembaga, aluminium, mangan kobalt dan yodium terdapat
dalam jumlah kecil. Silikon, boron, titanium, vanadium, rubidium, litium,
strontium, terdapat dalam jumlah yang sangat kecil. Unsur mineral membantu
menaikkan suhu pada susu, sangat penting hubungannya terhadap kestabilan susu
terhadap panas (Muchtadi, dkk., 2010).
Susu mengandung bermacam-macam unsur
yang sebagian besar terdiri dari zat makanan yang juga diperlukan bagi
pertumbuhan bakteri. Oleh karenanya, pertumbuhan bakteri dalam susu sangat
cepat, pada suhu yang sesuai (Buckle, dkk., 1985).
Sebagai
bahan pangan, susu dapat digunakan baik dalam bentuk aslinya sebagai satu
kesatuan, maupun dari bagian-bagiannya. Banyak sekali problem-problem yang
dihadapi dalam pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan air susu.
Problem-problem tersebut dapat dipecahkan terutama bila kita mengetahui secara
mendalam susunan kimianya dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perubahannya, mulai dari makanan sampai pada penanganan susu tersebut. Berdasarkan
hal tersebut di ini, perlu kiranya untuk mengetahui lebih mendalam tentang susu
mulai dari pemberian makanan, penanganan maupun komponen-komponen yang
terkandung di dalam susu, sehingga problema-problema tersebut dapat dipecahkan (Muchtadi,
dkk., 2010).
Faktor
yang mempengaruhi rasa dan bau susu abnormal antara lain yaitu (Muchtadi,
dkk., 2010) :
1. Dari
sapi itu sendiri, terganggunya fisik maka rasa yang tidak disukai akan ikut ke
dalam susu.
2. Dari
makanan yang diberikan, bau tersebut diserap oleh darah dan ikut masuk ke dalam
susu.
3. Dari
lingkungan akibat membiarkan susu di udara terbuka.
4. Dekomposisi
unsur-unsur susu akibat pertumbuhan bakteri mikro organisme lainnya, misalnya
penguraian laktosa menjadi asam laktat yang menyebabkan bau asam.
5. Dari
benda-benda asing yang terdapat dalam susu seperti pemalsuan.
6. Perubahan-perubahan
kimiawi yang berhubungan erat dengan oksidasi.
Setelah
pemerahan, susu akan mengalami perubahan fisik dan mikrobiologi, yang diikuti
dengan perubahan kimia (Muchtadi, dkk., 2010):
1. Perubahan
Fisik
Susu
yang baru diperah mempunyai suhu sekitar suhu tubuh/ambing. Setelah pemerahan,
suhu susu berangsur-angsur turun mendekati suhu kamar yang lebih rendah.
Penurunan suhu ini mengakibatkan konsistensi lemak susu menjadi lebih padat.
Karena berat jenis lemak yang padat lebih besar daripada lemak cair, maka berat
jenis susu akan meningkat dari saat pemerahan dan mencapai maksimum pada 12 jam
sesudah pemerahan. Di samping itu, meningkatnya berat jenis susu juga
disebabkan oleh menguapnya gas-gas dari susu seperti CO2 dan N2.
Perubahan
fisik lain yang dapat kita lihat adalah terbentuknya lapisan lemak atau krim di
permukaan susu. Globula-globula lemak bergerak ke permukaan dan membentuk suatu
lapisan. Lapisan lemak pada wadah-wadah yang besar dapat mencapai ketebalan 6-8
inci atau 15-20 cm.
2. Perubahan
Mikrobiologi
Susu
merupakan medium yang baik sekali bagi pertumbuhan mikroorganisme. Jika sesudah
pemerahan susu dibiarkan begitu saja tidak ditangani dengan baik (misalnya
dengan pendinginan/pemanasan), maka pertumbuhan mikroorganisme pada susu akan
cepat sekali, yang dapat mengakibatkan:
a. Pengasaman
dan penggumpalan, yang disebabkan karena fermentasi lactose menjadi asam laktat
yang menyebabkan penurunan pH dan kemungkinan terjadinya penggumpalan casein.
b. Berlendir
seperti tali yang disebabkan karena terjadinya pengentalan dan pembentukan
lender sebagai akibat pengeluaran bahan seperti kapsul dan bergetah oleh
beberapa jenis bakteri.
c. Penggumpalan
susu yang timbul tanpa penurunan pH. Hal ini disebabkan oleh bakteri sepertiBacillus
cereus yang menghasilkan enzim yang mencerna lapisan tipis fosfolipid
di sekitar butir-butir lemak dan dengan demikian kemungkinan butir-butir lemak
itu menyatu membentuk suatu gumpalan yang timbul ke permukaan susu. Di samping
itu, pertumbuhan mikroba pada susu juga dapat menyebabkan bau busuk (hasil
penguraian protein), ketengikan (hasil penguraian lemak), pembentukan gas atau
pembentukan pigmen.
3. Perubahan
Kimia
Perubahan
kimia susu sesudah pemerahan berhubungan erat dengan perubahan mikrobiologinya,
antara lain perubahan asiditas (pH), perubahan komposisi kimia, pembentukan
senyawa-senyawa volatil/sederhana serta perubahan potensial oksidasi-reduksi.
Penilaian
organoleptik adalah cara penilaian karakter mutu suatu bahan makananan dan
minuman menggunakan panca indera. Indera yang digunakan untuk menilai bergantung pada karakter yang akan
dinilai. Biasanya yang digunakan adalah indera pencicip di rongga mulut dan
pencium di rongga hidung.
Indera pencicip berfungsi untuk mrnilai cicip (taste) dari
suatu makanan. Di permukaan rongga mulut terdapat lapisan yang selalu bahsah
yang terdapat sel-sel peka. Sel-sel peka ini mengumpul
membentuk susunan yang disebut putting pencicip.
Masing-masing
putting pencicip biasanya hanya peka terhadap rasa tertentu, tetapi
kadang-kadang juga responsif terhadap beberapa rangsangan cicip. Putting
pencicip manusia hanya dapat membedakan empat cicip dasar yaitu manis, pahit,
asam, dan asin. Diluar keempat cicip dasar itu puting pencicip tidak terangsang
atau responsive. Tetapi beberapa peneliti menganggap rasa metalik dan rasa
gurih juga hasil penginderaan putting pencicip (Rahardjo, 1998)
Putting
pencicip peka terhadap zat kimia yang menghasilkan rangsangan. Kepekaan
berturut-turut adalah pahit, asam, asin dan manis. Kepekaan indera dipengaruhi
banyak factor, misalnya pencicipan paling peka pada pagi hari (pukul 9 – 10).
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Waktu
dan Tempat
Praktikum uji organoleptik susu
ini dilakukan pada hari selasa, tanggal 26 november 2013 pukul 13.00 s/d
selesai di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Sriwijaya.
B.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam uji organoleptik ini:
-
Cangkir plastic
-
Tabel kuisisoner
Sedangkan bahan yang digunakan:
-
Susu yang terdiri dari 3 rasa yaitu : susu ULTRA
MILK vanilla, susu Indomilk cokelat dan susu ULTRA MILK stroberi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel
Hasil Uji Sensoris Susu :
No.
|
Kode Sampel
|
PENILAIAN
|
||||
Warna
|
Rasa
|
Tekstur
|
Aroma
|
DayaTerima
|
||
1.
|
P1 (Susu Vanila)
|
2
|
3
|
1
|
3
|
3
|
2.
|
P2 (Susu Cokelat)
|
4
|
4
|
3
|
4
|
4
|
3.
|
P3 (Susu Strawberri)
|
3
|
4
|
2
|
3
|
3
|
Keterangan:
Skor
|
Warna
|
Rasa
|
Tektsur
|
Aroma
|
Daya
Terima
|
1.
|
Putih Jernih
|
Sangat Tidak Enak
|
Sangat Encer
|
Sangat Tidak Sedap
|
Sangat Tidak Suka
|
2.
|
Putih
|
Agak Enak
|
Encer
|
Tidak Sedap
|
Tidak Suka
|
3.
|
Pink
|
Enak
|
Agak kental
|
Sedap
|
Suka
|
4.
|
Cokelat
|
Sangat enak
|
Kental
|
Sangat sedap
|
Sangat suka
|
B. Pembahasan
Susu
merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung komponen protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan kelengkapan komponen dikandung oleh
susu memberikan suatu alternatif pemecahan dalam peningkatan gizi masyarakat.
Susu dapat diperoleh dari hasil dari olahan ternak perah seperti
sapi, kambing, kerbau dan juga kuda, dari hasil tersebut diolah sampai
mendapatkan hasil yang bersih dan baik. Pernyataan tersebut sesuai dengan
pendapat Hadiwiyoto ( 1983 ), yang
menyatakan bahwa Susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya
yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan yang sehat secara kontinu serta di
dalamnya tidak ditambah atau dikurangi komponen-komponen di dalam susu.
Susu
merupakan salah satu produk ternak yang dijadikan bahan makanan yang sangat
baik dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kosman ( 2004 ), yang
menyatakan bahwa Susu adalah sebagai salah satu produk hasil
ternak yang merupakan bahan makanan yang baik bagi kesehatan tubuh manusia karena
memiliki nilai gizi yang tinggi.
Salah satu cara untuk mengetahui kualitas susu
yang baik adalah dengan uji organoleptik atau uji sensoris. Uji organoleptik
adalah cara menilai mutu suatu bahan makanan atau minuman menggunakan panca
indera.panca indera yang diguanakan pada praktikum kali ini adalah mata untuk
melihat warna susu, lidah untuk merasakan atau menilai tekstur dan rasa dari
susu, serta hidung untuk mencium aroma dari susu tersebut.
Pada kode sampel P1 yaitu susu vanilla ,
didapat bahwa warna dari susu vanilla ini berwarna putih, rasanya enak ,
bertekstur sangat encer, beraroma sedap dan disukai/diterima oleh banyak orang.
Pada kode susu P2 yauitu susu cokelat didapatkan bahwa susu cokelat ini
berwarna cokelat, rasa yang sangat enak, bertekstur sangat agak kental, beraroma
sangat sedap dan sangat disukai oleh banyak orang. Sedangkan pada kode susu P3
yaitu susu berasa stroberi. Susu ini memiliki warna yaitu pink, rasa yang
sangat enak, bertekstur encer, beraroma sedap dan disukai oleh para panelis
(pencicip). Dari hasil yang didapat diatas ditemukan bahwa setiap susu memiliki
warna yang berbeda ada yang pink, cokelat dan vanilla. Perbedaan warna ini
tidak lepas dari perbedaan bahan tambahan yang ditambahkan dalam bahan seperti
cokelat dan stoberi yang ditambahkan, akan mempengaruhi warna susu yaitu
menjadi warna cokelat dan pink. Dari
perbedaan zat tambahan yang ditambahkan pada susu, maka akan membuat rasa,
tekstur, aroma dan daya terima susu.
Perbedaan yang paling terlihat yaitu poerbedaan
tekstur dari masing – masing susu tersebut. Pada susu vanilla terlihat sangat
encer karena susu tidak di campur zat tambahan yang membuat susu itu menjadi
agak kental seperti susu yang ditambahkan cokelat dan susu kental seperti susu
yang telah ditambahkan rasa stoberi. Sedangkan aroma dan rasa yang didapat
adalah aroma sedap dan sangat sedap dan rasa enak dan sangat enak. Ini
dikarenakan perbedaan selain dari perbedaah bahan tambahan yang dutambahkan
dalam susu coklat dan stroberi serat selera dari masing-masing panellis. Selera
yang didapat dari masing – masing panelis ini adalah berdasarkan tingkat
kepekaan dari masing – masing panelis dalam menilai susu tersebut. Hal ini
sesuiai dengan (Rahardjo, 1998) bahwa pencicip atau panelis biasanya mempunyai perbedaan
respon kepekaan (putting pencicip) terhadap menilai sesuatu bahan makanan yang
berbeda. Dari hasil diatas, juga dilihat bahwa susu yang digunakan adalah susu
yang berkualitas baik dan tidak basi karena hasil yang diatas tidak terdapat
susu yang terlihat tidak baik yaitu sangat tidak enak dan tidak sedap. Karena
menurut (Bucke, dkk : 1985) bahwa susu mngandung unsure – unsure yang dsebagian
besar juga diperlukan bagi pertumbuhan bakteri, hal ini bisa ditandai dengan
susu yang memiliki rasa yang masam dan bau.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Susu merupakan salah satu hasil
sekresi dari hewani yanbg mengandung banyak manfaat untuk tubuh karena
mengandung zat zat gizi didalamnya seperti mineral dan protein. Uji
Organoleptik ini berguna untuk mengetahui kualitas dari susu yaitu melaluia
warna, aroma, rasa, tekstur dan daya terima. Perbedaan zat tambahan dalam susu
mempengaruhi semua penilaian terhadap
susu tersebut.
B. Saran
Diharapkan agar uji organoleptik
ini dilakukan dengan lebih teliti agar hasil yang didapat untuk melihat kalitas
susu ini dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Beck, Mary
E. 1993. Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.
Buckle,
K.A., dkk. 1985. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Budi, U. 2006. Dasar Ternak Perah. Buku Ajar. Departemen Peternakan FP
USU, Medan
Hadiwiyoto, S. 1983. Tehnik Uji Mutu Susu dan
Hasil Olahannya. Liberty,
Yogyakarta
Khosman,
Ali, Prof. Dr. Ir. 2004. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Legowo, A.M., Kusrahayu., dan Mulyani.S.
2009. Ilmu dan Teknologi Susu. BP UNDIP. Semarang
Mc Donald, P. 2002. Animal Nutrition. John Wiley & Sons,
Inc., New York.
Moehyi,
S. 1992. Penyelenggaraan makanan Institusi dan Jasa Boga. Penerbit Bhratara,
Jakarta.
Muchtadi,
Tien R. Prof. Dr. Ir. M.S, dkk. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan
Pangan. Bogor: Alfabeta, CV.
Rahardjo, Tri
S., W. Suryapratama, Munasik, dan T. Widiyastuti. 1998. Bahan Kuliah
Ilmu Bahan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal
Soedirman. Purwokerto.
Robinson,
D. S. 1987. Food: Biochemistry and Nutritional Value. John Wiley & Sons,
Inc., New York.
Sirajuddin,
Saifuddin. Dr. MS, dkk. 2012. Pedoman Praktikum Analisis Bahan Makanan.
Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Williamson,
G. and Payne,W.J.A. 1993. Pengantar Peternakan di Indonesia. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta